Tersesat dalam kelalaian
''Aku tersesat dalam kelalaian,sedang kematian bergerak ke arahku,Semakin lama semakin mendekat.Aku manjakan tubuhku dengan pakaian-pakaian halus dan mewah,Sedikit berfikir bahwa itu akan membusuk dan hancur dalam kubur.Aku bayangkan tubuhku remuk menjadi debu dalam lubang kubur dibawah gundukan tanah.Keindahan tubuhku akan berangsur angsur hilang..sedikit demi sedikit berkurang hingga tinggalah kerangka tanpa kulit dan daging,Kulihat detik-detik kehidupanku lambat laun habis,Suatu perjalanan panjang terbentang di hadapanku,Sedangkan aku tiada bekal untuk jalan itu.Wa-hai engkau yang maha esa..yang tiada sekutu terhadap keagungan-Mu..Belas kasihanilah kesendirianku.''
<br /> Bulan di atas dahan perak ''Wajahmu selalu terbayang di dalam pikiranku,Namamu selalu ku ucapkan di dalam lidahku dan tempatmu di dalam hatiku,Maka kemanakah enkau menghilang dariku...Wahai engkau yang menjauh dariku..Hatiku larut dalam kesedihan,Mataku mengeluarkan air mata penderitaan,Wahai pengembara yang pergi tidak di ketahui...Kesedihanmu lebih dekat di hatiku,Benar...kematian itu membingungkan kesenangan yang tertinggi di dunia..Wahai..belahan jiwaku yang menjauh dariku..Engkau bagai bulan yang tergantung di atas dahan perak...Bulan telah menetap di kubur sedang dahan perak menjadi debu.''
Catatan malam
''Yang lalu biarlah berlalu...relakan aku terbang bersama angin senja,kan ku ukir namamu di luasnya cakrawala,Pada bintang-bintang ku torehkan kisahku semenjak kepergian-mu.Jagan kau tutup cendela hatimu,bukalah dan lihatlah bintang-bintang itu... Maka engkau akan tau dikala aku tersenyum menangis gembira dan berduka.''